BANDA ACEH - Nurdin Ismail alias Din Minimi, pemimpin kelompok bersenjata di Aceh yang paling dicari-cari selama ini akhirnya menyerahkan diri. Siapa sebenarnya Din Minimi?
foto:istimewa |
Nama Din Minimi selama ini kerap dikaitkan dengan berbagai aksi kriminal bersenjata di Aceh. Bahkan aparat menuduh kelompok inilah yang menghabisi dua intel TNI di Aceh Utara pada Maret 2015.
Nama Din Minimi seketika tenar setelah ia menyatakan "perang" terhadap Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Gubernur Zaini Abdullah dan wakilnya Muzakir Manaf, yang dianggap tak adil.
Maklumat itu disampaikan Din Minimi kepada beberapa media lokal di tempat persembunyiannya dalam kawasan hutan Aceh Timur, pada Oktober 2014.
"Kami siap melawan Pemerintah Aceh dengan cara apapun, karena mereka sudah tidak lagi amanah," kata Din Minini. Pernyataan itu menghiasi halaman media lengkap dengan fotonya yang memegang senjata.
Din kecewa karena kedua pemimpin itu merupakan mantan petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM), organisasi yang dulu melawan Pemerintah Indonesia karena tak adil terhadap Aceh.
Din juga mantan kombatan GAM. Ayahnya bagian dari organiasasi itu, bahkan sudah terlibat sejak Aceh Merdeka dideklarasikan Hasan Tiro pada 1976. Namun ayahnya tewas dibunuh setelah ditangkap aparat keamanan Indonesia.
Dendamnya pada Indonesia membuat pria asal Ladang Baro, Kecamatan Julok, Aceh Timur ini bergabung dengan GAM dan ikut angkat senjata melawan pemerintah. Saat konflik memanas di Aceh, dua adiknya juga jadi korban keganasan aparat kala itu.
Namun setelah Pemerintah Indonesia dan GAM berdamai di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005, bersama kombatan GAM lain, Din turun gunung dan kembali ke masyarakat. Perang selama tiga dekade telah berakhir.
Berkah damai, banyak mantan GAM duduk di jabatan strategis seperti legislatif dan eksekutif. Bahkan pimpinan mereka dulu, Zaini dan Muzakir kini menjabat Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh.
Namun Din tak puas dengan kepemimpinan mereka yang dianggap tak adil. Masih banyak korban konflik, anak yatim yang kehilangan orangtuanya dalam perang, dan mantan GAM seperi dirinya menderita.
Hingga akhirnya pria kelahiran 1979 angkat senjata lagi. Beberapa mantan GAM lainnya ikut bersamanya. Din kembali melawan pemerintah untuk kedua kali, tapi ini skalanya Aceh.
Nama Din Minimi kian melambung setelah kasus penculikan dan pembunuhan dua intel Kodim Aceh Utara, Sertu Indra dan Serda Hendrianto mengemuka. Jasad kedua prajurit ditemukan mengenaskan di pedalaman Nisam, Aceh Utara, 24 Maret 2015.
Aparat menuduh Din Minimi cs yang menculik dan membunuh kedua prajurit. Melalui media, Din sempat membantahnya. Namun aparat menggelar operasi besar-besaran memburu kelompok yang diistilah sebagai "kriminal bersenjata".
Beberapa kali aparat kepolisian dan TNI terlibat kontak senjata dengan kelompok ini. Satu-satu pengikut Din tertangkap, beberapa di antaranya tewas. Namun Din yang beristirikan Linawati dan memiliki tiga anak, selalu lolos dari sergapan aparat.
Petinggi kepolisian berulang kali menyatakan tak ada ampun bagi kelompok kriminal Din Minimi dan akan terus mencarinya, hidup atau mati. Tiap ada aksi kriminal bersenjata, kelompok Din Minimi selalu jadi sasaran sangkaan. Teranyar kasus penculikan tiga pekerja bangunan di Aceh Timur, yang diduga pelakunya juga kelompok ini.
Polisi tiada henti meminta Din dan pengikutnya menyerahkan diri. Din tak pernah mengindahkan. Dia tetap melanjutkan aksinya, berpetualang dari satu tempat ke tempat lain melawan pemerintah.
Namun petualangan Din Minini cs berakhir pada Senin (28/12/2015). Bersama pengikut, ia akhirnya bersedia turun gunung setelah negosiasi dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso didampingi fasilitator perdamaian Aceh, Juha Christensen.(okezone)
Posting Komentar
Blogger Facebook Disqus