Dokter Husaini Hasan : Ideologi Merdeka Tidak Pernah Padam dalam Benak Orang Aceh |
Dalam pergerakan Aceh Merdeka yang kelak popular menjadi Gerakan Aceh Merdeka, nama dokter Husaini Hasan tetap melekat. Pria lulusan Universitas Sumatera Utara ini selalu mendampingi deklarator GAM Hasan Tiro dari Aceh hingga ke Swedia. Bagaimana pemikiran sesepuh GAM angkatan pertama ini terhadap situasi Aceh terbaru, simak wawancara melalui surat elektronik dan telepon seluler internasional dengan The Globe Journal, Sabtu (27/8).
Apa kabar? Anda tinggal di mana sekarang?Sehat Alhamdulillah, maklumlah sudah tua tentu banyak kekurangan disana-sini. Sudah 67 tahun. Seperti kata pepatah Aceh: ”Geutanjoe ka tuha, gura hana le.” Kita orang tua, lucu itu tidak ada lagi. Saya tidak sama seperti masa muda. Saya sudah operasi coronary by pass pada tahun 2009 dan masih ada serangan migrain kadang-kadang. Kadangkala saya tinggal di Stockholm dan di Australia.
Anda masih mengikuti situasi politik di Aceh? Bagaimana mengamati pemilu di sini?
Saya tidak begitu tertarik dengan pemilihan Gubernur NKRI. Kalau saya tertarik kepada kedudukan Gubernur Aceh tidak perlu saya ikut Tgk. Hasan di Tiro. Buat apa korbankan rakyat kalau hanya untuk kepentingan pribadi? Cukup ikut dengan Partai Politik, tidak perlu angkat senjata.
Sebagai Propinsi NKRI tentu saja Aceh harus tunduk kepada Undang-undang Negara Republik Indonesia, yang tentu saja kepentingan NKRI itu lebih penting daripada Aceh. Aceh hanya berpenduduk 1,7 % dari seluruh Indonesia. Jawa berpenduduk hampir 50% dari seluruh Indonesia tentu kepentingan Jawa lebih besar dari Aceh. NKRI sebagai Central State government tidak akan menguntungkan Aceh.
Apa maksud Central State Government?
Negara yang berbentuk Central State Government seperti USSR, Soviet Union dan Jugoslavia tidak bisa bertahan. Negara tersebut hanya dapat bertahan 65-70 tahun lalu pecah menjadi banyak negara-negara merdeka. Indonesia sudah merdeka 66 tahun juga sudah tiba saatnya pecah menjadi paling kurang 7 negara Melayu dan Melanesia.
Kembali ke pemilu gubernur, siapa calon terbaik?
Bagi saya semuanya baik asal memikirkan rakyat dan pembangunan Aceh di segala bidang. Aceh sangat ketinggalan dibanding negara maju. Yang sangat saya sesalkan kenapa harus berkelahi sesama bangsamu sampai saling membunuh, hanya untuk merebut kursi gubernur. Hanya bertujuan untuk memikirkan projek besar-besar dan korupsi. Tidak ada etika ber-politik, tidak ada perikemanusiaan memperkosa HAM. Rakyat Aceh harus belajar cara-cara berdemokrasi, cara menyelesaikan persoalan dengan musyawarah. Harus lemah-lembut dan saling menyayangi sesama Aceh dan tegas terhadap musuh Aceh. Hadis Nabi: ”Asyiddau ’alal kuffar, ruhama u bainahum.”
Bagaimana dengan pasangan Dr. Zaini Abdullah yang merupakan teman Anda sejak kuliah di USU dan bergerilya di belantara?
Memang beliau adalah kawan saya. Orangnya juga baik dan taat. Beliau lebih tua dari saya mungkin sekarang sudah 70-an. Saya kasihan pada beliau kalau beliau diberikan jabatan gubernur tentu merepotkan dan banyak kerja serta tambah stress. Apakah beliau masih sanggup untuk tugas tersebut?
Bagaimana dengan Irwandi?
Tidak ada komentar. Saya tidak mengenal Irwandi, tidak pernah bekerja sama dengan dia. Terserah kepada rakyat untuk menilainya.
Bagaimana dengan MoU dan perdamaian Aceh?
Pertama dari sejak semula saya tidak setuju dengan MoU karena MoU itu hanya perdamaian antara kelompok GAM Malik-Zaini dengan NKRI. Mayoritas rakyat Aceh dan sebagian kelompok GAM oposisi dari kami tidak dibenarkan ikut dalam perundingan.
Kedua, isi MoU bertentangan dengan Proklamasi Aceh Merdeka 1976 dengan memasukkan kembali Aceh sebagai Propinsi NKRI yang sudah kita nyatakan merdeka dari NKRI. Kejadian MoU serupa benar dengan kejadian ketika DI/TII pada tahun 60-an. Disaat-saat militer kita cukup kuat dan de facto hampir seluruh Aceh dalam kekuasaan kita, lalu kita menyerah.
Ketiga, kenapa pelanggaran HAM dan pembunuhan sipil di Aceh harus ditutup-tutup dalam MoU? Siapapun yang bersalah harus dituntut baik TNI atau GAM. Kedua mereka harus dibawa ke International Court of Justice.
Saya ingin Aceh ini aman damai sebagai gelarnya semula Darussalam wal aman. Hari ini jelas bahwa MoU itu gagal. Tidak ada keamanan di Aceh hari ini. Polisi tidak berfungsi, menjaga keamanan rakyat. Rakyat tidak tahu kemana harus mengadukan kesusahannya. Keamanan kampung ditentukan oleh gang-gang berandalan yang tidak bertanggung jawab. Saya yakin MoU tidak akan menyelesaikan masalah konflik Aceh. Masalahnya lebih dalam dan lebih serius dari itu.
Apa maksud Anda masalah Aceh lebih dalam dan lebih serius daripada masalah keamanan dan pembangunan?
Rakyat Aceh telah menyadari bahwa mereka bukan bangsa Indonesia tetapi bangsa Aceh yang telah mempunyai tamaddun sendiri, sebagai satu bangsa merdeka jauh sebelum Indonesia merdeka.
Lihat sejarah Aceh dalam buku-buku Belanda dan Inggeris. Bangsa Aceh ingin menentukan nasibnya sendiri yang tidak pernah diberikan kesempatan oleh Republik Indonesia. MoU tidak membahas masalah ini. Ideologi dan keinginan untuk merdeka ini tidak akan pernah padam dalam dada dan benak orang Aceh. Makin diperas dan dianiaya dendam mereka bertambah dalam terhadap apa saja yang berbau Indonesia. Tidak baik bagi kita sesama Islam.
Kalau Aceh ingin merdeka tentunya memecah NKRI, maka GAM dicap separatis atau pemberontak?
Hak Kemerdekaan satu bangsa adalah hak suci bagi semua bangsa diatas dunia. Perjuangan untuk memerdekakan suatu bangsa adalah perjuangan suci yang dituntut oleh semua bangsa. Tercantum didalam Universal Declarations of Human Rights dan dijunjung tinggi oleh semua bangsa-bangsa anggota PBB. Penjajahan satu bangsa atas bangsa lain adalah perbuatan terlarang pada masa kini, yang dikutuk oleh semua bangsa.
Indonesia baru merdeka 66 tahun lalu. Aceh masih sebagai satu bangsa yang dijajah oleh Hindia Belanda dan Jepang. Jadi bangsa Aceh masih dalam proses untuk melepaskan dirinya dari belenggu penjajahan. Kini dari NKRI.
Mengenai penilaian sebutan pemberontak atau pahlawan tergantung pandangan siapa yang menilai. Contoh Teungku Tjhik di Tiro, Tjut Njak Dien, Pattimura, Diponegoro, Imam Bonjol, bagi Belanda semua dicap pemberontak. Tetapi bagi orang Aceh, orang Ambon, orang Jawa dan Padang mereka adalah pahlawan bangsa.
Saya mengharapkan agar rakyat Aceh dapat membedakan hal ini dan menghormati syuhada Atjeh Merdeka seperti Dr.Mukhtar, Dr. Zubir, Tgk. Ilyas Leube, Tgk. Idris Ahmad, Tgk. Abdullah Syafii dll. sebagai Pahlawan bangsa Aceh, bukan sebagai pemberontak seperti yang diklaim oleh TNI.
Ada rumor Anda bekerjasama dengan RI, dan mendapat sangat banyak uang dari pemerintah RI?
Rumor seperti ini sudah seringkali dilontarkan kepada saya. Perlu saya nyatakan bahwa setelah saya ikut Gerakan Aceh Merdeka pada tahun 1976, dan bersama dengan Tgk. Hasan di Tiro alm, saya tidak pernah bekerja sama dengan Indonesia. Memang pada tanggal 23 Juli 2011 saya diundang menghadiri rapat rekonciliasi para ilmuwan dan LSM Aceh di Kuala Lumpur. Saya diberikan ticket free untuk menghadiri rapat tersebut dan hotel. That’s it.
Di dalam rapat tersebut saya memberikan pidato dalam bahasa Aceh yang bertujuan untuk menggalang persatuan sesama Aceh dan berusaha menyelesaikan masalah di Aceh tidak dengan jalan kekerasan tetapi melalui meja perundingan dan cara-cara yang berlaku dalam dunia internasional. Kehadiran saya dalam pertemuan tersebut tidak berarti saya bekerjasama dengan Indonesia.
Memang ada sebahagian kawan-kawan seperjuangan yang berprinsip tidak boleh menyelesaikan konflik Aceh melalui meja perundingan dengan RI. Mereka berprinsip RI adalah musuh Aceh yang telah membunuh puluhan ribu orang Aceh. Jadi tidak patut untuk duduk satu meja dengan RI.
Bagi saya memilih menyelesaikan masalah melalui meja perundingan kalau kesempatan itu masih ada. Yang penting Aceh mesti bersatu kendati apapun jalan yang kita tempuh. Ulama dan para ilmuwan harus bersatu padu memimpin rakyat.
Apa pesan Anda kepada rakyat Aceh?
Bulan Ramadhan mau berakhir. Supaya mendekatkan diri kepada Allah dan bertaubat. Semoga berlomba-lomba menanti malam Laylatul Qadr agar diberi ganjaran seperti 80 tahun ber’ibadat. Dan berdo’a supaya Allah mempersatukan hati bangsa Aceh dan memberi petunjuk kepada pemimpin-pemimpin Aceh supaya membawa amanah rakyat membangun Aceh tidak hanya pembangunan fisik negeri Aceh tetapi juga di bidang spiritual masyarakat Aceh, mengembalikan marwah Serambi Mekah yang telah dikotori oleh narkoba, korupsi, dekadensi moral dan anarkisme.
Akhir sekali saya sampaikan kepada semua rakyat Aceh Selamat berhari Raya Aidil Fithri 1432 H. Santunilah anak yatim dan fakir miskin. Kepada rekan saudara seperjuangan mohon ma’af lahir dan bathin semoga bersabar.
[the globe journal/Atjeh News]
Social Link