Afrika tengah. Pemandangan mengerikan di mana umat Islam terkepung di sebuah daerah bernama Boda (191 KM, sebelah barat Ibu Kota Bangui, Afrika Tengah (CAR).
Kelompok Anti-Balaka
Seperti yang diberitakan Reuter sdalam situsnya berbahasa Arab, Sabtu (19/04/2014 ) salah seorang penjahit yang bernama Addo Connie mengatakan, ”Kami hidup seperti di penjara setiap jalanan di tutup dan tidak memasukkan apapun kepada kami. Harga makanan terlalu tinggi dan hidup kami berada dalam bahaya,” ujarnya.
Di bawah terik matahari di dalam sebuah gudang di Kota Boda, Republik Afrika Tengah , puluhan pengungsi kurus dan sakit-sakitan. Mereka bertahan hidup dalam ketakutan dari para kelompok Anti-Balaka yang kini mengepung mereka.
Seperti diketahui, rombongan pengungsi Musim melarikan diri ke Boda dari desa Danga, yg berjarak 25 km, guna mencari perlindungan dari milisi “anti – Balaka” kelompok milisi Kristen yang tengah memburu dan ingin membunuh mereka.
Tapi setelah rombongan kaum Muslim ini tiba di Boda, bentrokan sengit terjadi antara milisi anti – Balaka dan penduduk Muslim, di mana endingnya, pasukan milisi Kristen mengepung kota yg kaya dengan tambang berlian nya ini. Lebih dari 14.000 Muslim, termasuk keluarga pengungsi dari Danga kini terjebak di dalam tanpa ada akses jalan keluar dan persediaan makanan yang sangat terbatas.
“Saya sangat menderita, tak ada rumah, tidak ada makanan. Anti – Balaka membunuh banyak orang,” kata Saifou, salah satu dari warga yang sedang berlindung di sebuah gudang.
“Saya telah kehilangan banyak hal, bahkan ternak saya . Saya punya 800, ujar Saifou dikutip AFP.
Terletak 140 kilometer dari Ibu Kota Bangui, Boda adalah salah satu benteng terakhir bagi umat Islam wilayah itu yang kini sedang menjadi ancaman serius serangan milisi Kristen anti-Balaka.
Boda bersimbah darah pada akhir Januari setelah kudeta pimimpinan Michel Djotodia yang akhirnya menyerah di bawah tekanan internasional. Djotodia dituduh membiarkan mantan pejuang dari Seleka, yang diklaim melakukan kekejaman terhadap mayoritas Kristen.
Umat Islam di Boda mengaku kondisinya kini terjepit di tengah-tengah. Meskipun ada pasukan penjaga perdamaian seperti Prancis dan Afrika, tetap saja siapa saja yang melewati perbatasan dua jembatan yang membatasi daerah itu maka dia akan dibunuh seperti ribuan korban kekerasan lainnya.
Krisis ini mengakhiri keharmonisan antara mayoritas Muslim dan Kristen yang sempat dibanggakan di negara jajahan Prancis ini. Kini, umat Islam mengalami pembantaian dan genosida ( pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok ) terhadap Muslim secara besar-besaran.
Sementara itu, pemimpin milisi Kristen di Boda mengatakan tidak akan menerima kaum Muslimin dalam jangka panjang dan berhak membunuh Muslimin, akunya.
“Kami ingin orang-orang Muslim pergi, karena mereka telah menunjukkan kepada kita sisi jahat mereka, ” kata Miguez Wilikondi, tokoh pemuda yang telah mengambil alih harta benda dari para pengungsi.
Tak hanya itu, di kota di mana perekonomian dibangun atas perdagangan berlian ini, Milisi Kristen memutuskan untuk memboikot pedagang Muslim yang menguasai hampir 95 % dari perdagangan, menyebabkan kaum Muslim menderita kehilangan bisnis dan perekonomian mereka.
“Kita dapat mencari pembeli lain untuk berlian kami, ” kata juru bicara anti – Balaka, Edgar Flavie.
Hingga hari ini, pengungsi masih terus mengalir ke negara-negara tetangga, salah satunya Kamerun.
Kantor urusan kemanusiaan PBB mengatakan, “pengungsi terpaksa berjalan di tengah semak belukar dua atau tiga bulan sebelum sampai di perbatasan, karena hambatan yang dilakukan oleh milisi bersenjata di jalan jalan.
Menurut PBB, konflik ini tidak mendapatkan perhatian dunia dan dibutuhkan pertolongan untuk menyalamatkan nyawa mereka.
Hidayatullah
Social Link