WASHINGTON- Presiden AS Barack Obama memerintah Menteri Pertahanan Chuck Hegel mengerahkan 275 personil militer AS ke Irak, membantu personil Amerika dan melindungi kedutaan di Baghdad dalam sebuah surat kepada para pemimpin Kongres, Senin, 16/6/2014.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS,memerintahkan mengosongkan kedutaan AS di Bagdad, bersamaan dengan jatuhnya kota kedua Irak, Mosul kepada ISIS. Di mana sekarang ISIS mengkonsolidasikan kekuatannya menuju ibukota Bagdad. Ini sebuah ancaman bagi keamanan global yang sangat serius.
AS mulai menyebarkan pasukannya yang dikirim ke Bagdad, dan bukan hanya bertujuan melindungi warga negara dan properti AS, tetapi ikut membantu pasukan Irak yang sudah kacau, dan banyak desersi”, kata Obama. Nampaknya, AS akan kembali terjebak ke dalam perang Irak.
“AS akan tetap berada di Irak sampai situasi keamanan menjadi stabil, dan mengeliminir ISIS dari seluruh wilayah Irak”, ungkap Obama. Ini merupakan sebuah invasi militer baru di Irak, yang akan dijalankan AS, dan dampaknya akan menimbulkan kekacauan lebih luas di seluruh kawasan Timur Tengah.
Washington mengambil sebagai tindakan menghadapi ISIS yang sekarang menguasai kota yang setrategis Mosul, dan Washington kemungkinan akan mengerahkan seluruh armada udaranya menghancurkan ISIS, dan menggunakan pesawat drone beratnya (tanpa awak), menghancurkan basis-basis ISIS di Irak.
Gedung Putih sudah mengungsikan seluruh personilnya dari ibukota Bagdad ke kota yang dianggap lebih aman beberapa staf kedutaan ke konsulat di Arbil dan Basra, serta Amman. Gedung Putih sangat kawatir nasib para personil kedutaan AS, seperti di Libya termasuk tewasnya Duta Besarnya.
Sementara itu, pasukan AS memasuki Irak atas permintaan Perdana Menteri Irak, Perdana Menteri Nouri al-Maliki, kata pernyataan itu. Al-Maliki terus memobilisasi dukungan dari Iran, Siria, Hisbullah Lebanon, dan AS. AS memobilisasi besar-besaran persenjataan dan pasukan elitnya ke Irak, bertujuan melindungi pemerintah Irak.
AS, Iran, Irak, dan bahkan kemungkinan seluruh negara Teluk, yang takut dengan ancaman ISIS, sekarang terus melakukan koordinasi dengan Perdana Menteri Nuri al-Maliki, menghadapi ISIS, dan menghambat gerak maju ISIS, menuju Bagdad. Tetapi, ISIS terus maju, dan tidak peduli berapapun harganya yang harus dibayar, pasukan pejuang ISIS bergerak menuju Bagdad.
Bila Bagdad jatuh ke tangan ISIS ini, merupakan ‘mimpi buruk’ bagi masa depan Barat, yang tergantung ekonomi-industrinya kepada minyak. Irak menjadi pemasok ke dua terbesar sesudah Arab Saudi. Sekarang sudah nampak kekacauan ekonomi di pusat bursa di New York, dan harga saham mulai rontok, akibat krisis di Irak.(voa-i)
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS,memerintahkan mengosongkan kedutaan AS di Bagdad, bersamaan dengan jatuhnya kota kedua Irak, Mosul kepada ISIS. Di mana sekarang ISIS mengkonsolidasikan kekuatannya menuju ibukota Bagdad. Ini sebuah ancaman bagi keamanan global yang sangat serius.
AS mulai menyebarkan pasukannya yang dikirim ke Bagdad, dan bukan hanya bertujuan melindungi warga negara dan properti AS, tetapi ikut membantu pasukan Irak yang sudah kacau, dan banyak desersi”, kata Obama. Nampaknya, AS akan kembali terjebak ke dalam perang Irak.
“AS akan tetap berada di Irak sampai situasi keamanan menjadi stabil, dan mengeliminir ISIS dari seluruh wilayah Irak”, ungkap Obama. Ini merupakan sebuah invasi militer baru di Irak, yang akan dijalankan AS, dan dampaknya akan menimbulkan kekacauan lebih luas di seluruh kawasan Timur Tengah.
Washington mengambil sebagai tindakan menghadapi ISIS yang sekarang menguasai kota yang setrategis Mosul, dan Washington kemungkinan akan mengerahkan seluruh armada udaranya menghancurkan ISIS, dan menggunakan pesawat drone beratnya (tanpa awak), menghancurkan basis-basis ISIS di Irak.
Gedung Putih sudah mengungsikan seluruh personilnya dari ibukota Bagdad ke kota yang dianggap lebih aman beberapa staf kedutaan ke konsulat di Arbil dan Basra, serta Amman. Gedung Putih sangat kawatir nasib para personil kedutaan AS, seperti di Libya termasuk tewasnya Duta Besarnya.
Sementara itu, pasukan AS memasuki Irak atas permintaan Perdana Menteri Irak, Perdana Menteri Nouri al-Maliki, kata pernyataan itu. Al-Maliki terus memobilisasi dukungan dari Iran, Siria, Hisbullah Lebanon, dan AS. AS memobilisasi besar-besaran persenjataan dan pasukan elitnya ke Irak, bertujuan melindungi pemerintah Irak.
AS, Iran, Irak, dan bahkan kemungkinan seluruh negara Teluk, yang takut dengan ancaman ISIS, sekarang terus melakukan koordinasi dengan Perdana Menteri Nuri al-Maliki, menghadapi ISIS, dan menghambat gerak maju ISIS, menuju Bagdad. Tetapi, ISIS terus maju, dan tidak peduli berapapun harganya yang harus dibayar, pasukan pejuang ISIS bergerak menuju Bagdad.
Bila Bagdad jatuh ke tangan ISIS ini, merupakan ‘mimpi buruk’ bagi masa depan Barat, yang tergantung ekonomi-industrinya kepada minyak. Irak menjadi pemasok ke dua terbesar sesudah Arab Saudi. Sekarang sudah nampak kekacauan ekonomi di pusat bursa di New York, dan harga saham mulai rontok, akibat krisis di Irak.(voa-i)
Posting Komentar
Blogger Facebook Disqus