Daqu di Gaza yang diserang IsraHELL |
Beruntung Abdillah dan anak istrinya sudah menjauh dari rumah tersebut sejak serangan roket pertama yang hanya berjarak 20 meter dari kediamannya yang terletak di Jabaliya City.
Roket pertama dijatuhkan Israel pada Senin (7/7). Hari itu juga Abdillah dan anak istrinya keluar dari rumah tanpa membawa barang bawaan, karena sang istri tengah hamil 7 bulan.
“Kami khawatir janinnya terganggu. Yang saya bawa hanya laptop, kamera dan passpor. Sedangkan istri saya hanya membawa tas jinjing kecil, putri saya hanya membawa boneka kecil warna biru,” tutur Abdillah.
Hari kedua, ungkap Abdillah, Israel kembali melontarkan roket di tempat yang sama. Roket yang ditengarai berkekuatan 1 ton itu dijatuhkan pesawat Israel pada Senin (14/7). Israel kembali menghujani roket 12 roket bahkan lebih dari pesawat jet F16 yang menyebabkan markaz dan rumah di sebelahnya rata dengan tanah.
“Pagar tembok bangunan rata tanah, semua kaca pecah, lantai atas hancur, tembok arah timur hancur berantakan tak berbentuk. Saking dahsyatnya kekuatan roket Israel hingga menghancurkan tanah dan pohon-pohon yang ada di sekitar Daqu Gaza,” ungkap Abdillah.
Padahal, sekitar 11 bulan yang lalu, sebelum pembangunan graha Daqu, Abdillah sudah berkoordinasi dengan pemerintah setempat agar tidak menembakkan roket ke Israel dari dekat Graha Daqu.
Menurut Abdillah, mereka berjanji takkan menembakkan roket yang terdapat di sekitar Daqu dan berjanji memindahkannya ke wilayah lain. Sebab, kata Abdillah, Graha Daqu tersebut juga dijadikan sebagai perwakilan Indonesia di Jalur Gaza.
Dan selama peperangan berlangsung, tidak satu pun pejuang yang melontarkan dari wilayah sekitar Daqu atau kediaman Abdillah Onim. Sebab, biasanya Israel akan membalas roket dengan serangan ke tempat dimana roket tersebut diluncurkan ke Israel.
“Pejuang Palestina di Gaza tidak melontarkan roket dari wilayah kediaman saya. Dan roket di situ sudah bersih. Tapi kenapa rumah kami tetap dijadikan sasaran Israel? Israel harus bertanggung jawab atas kebiadaban menghancurkan Daqu,” tegas Abdillah.
Pembangun Markas Daqu di Jalur Gaza baru selesai sebulan yang lalu. Proses belajar-mengajar dan menghafal Quran baru berjalan tiga hari. Di dalam bangunan tersebut terdapat Alquran, karpet baru, kursi, papan tulis, dan perlengkapan mengaji.
Rencananya di Graha Daqu itu akan dibuka kelas khusus, yaitu bahasa Inggris dan pelajaran bahasa Indonesia yang akan diajarkan oleh Abdillah sendiri.
“Mohon doa dan dukungannya karena, karena Daarul Quran Indonesia akan kami bangun kembali di tempat yang sama. Karena tanah tersebut adalah hak milik yang dihibahkan kepada Daarul Quran Indonesia untuk membangun pusat tahfidz Quran,” pungkas WNI yang pertama menikah dengan Muslimah Gaza itu./rol
“Mohon doa dan dukungannya karena, karena Daarul Quran Indonesia akan kami bangun kembali di tempat yang sama. Karena tanah tersebut adalah hak milik yang dihibahkan kepada Daarul Quran Indonesia untuk membangun pusat tahfidz Quran,” pungkas WNI yang pertama menikah dengan Muslimah Gaza itu./rol
Posting Komentar
Blogger Facebook Disqus