WASHINGTON- David Hearst menulis di Huffington Post, ada banyak tangan di belakang invasi militer Zionis-Israel terhadap Gaza. AS tidak senang terhadap Hamas. Amerika tetap menganggap Hamas sebagai kelompok teroris, yang harus dimusnahkan.
Rekaman pembantaian di jalanan Shejaiya yang menewaskan 100 warga sipil Palestina, justru Menlu AS John Kerry, mengatakan pada NBC di "Meet the Presson", bahwa Israel punya hak membela diri, Minggu, 20/7/2014.
Duta Besar Amerika untuk Israel, Dan Shapiro, mengatakan kepada Channel 2, berita telivisi Israel, Amerika akan berusaha membantu kelompok moderat, menjadi lebih kuat di Gaza, yang berarti Otoritas Palestina yang dipimpin Mahmud Abbas .
Rezim Mesir di bawah Marsekal Al-Sisi, tidak menunjukkan perhatiannya dan kesedihan atas peristiwa yang terjadi di Gaza, dan sama sekali membiarkan kondisi 'genosida' (pembantaian) terus berlangsung. Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry menegaskan Hamas harus bertanggung jawab atas kematian warga sipil, setelah penolakan Hamas terhadap gencatan senjata.
Amerika, Mesir dan Zionis-Israel, memberi legitimasi kepada Netanyahu, ketiganya sebagai koalisi 'sesat' mendeklarasikan perang melawan Hamas. Karena, Zionis-Israel tidak mungkin dapat menutupi kejahatannya dengan melakukan operasi militer yang sangat biadab itu.
Tapi, Amerika sendiri tidak mungkin mendikte Zionis, tanpa dukungan negara Arab, dan izin operasi militer Zionis itu, hanya datang dari negara-negara Arab.
Serangan terhadap Hamas yang menguasai Gaza datang dari Raja Arab Saudi, Abdullah. Amerika, Mesir, Arab Saudi, Emirat Arab dan Zionis Israel, mereka memiliki pandangan yang sama, bahwa Hamas sebuah ancaman, dan harus dihancurkan, kemudian mendudukan kelompok moderat al-Fatah yang dipimpin Mahmud Abbas. Skenario invasi militer Zionis-Israel ke Gaza, yang melaksanakan agenda para pemimpin Arab.
Perintah kerajaan Arab Saudi itu, sudah menjadi sebuah rahasia umum di Israel. Di mana mantan kedua pejabat pertahanan Arab Saudi dan Zionis-Israel, ketika mereka bertemu membahas tentang penghancuran Hamas.
Mantan menteri pertahanan Israel Shaul Mofaz, dan sangat mengejutkan presenter di Channel 10, dia mengatakan Israel bahwa peran Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sangat menentukan dalam invasi ke Gaza untuk menghancurkan kekuatan milliter Hamas, tuturnya.
Ketika ditanya apa yang dimaksud demiliterisasi (penghancuran militer Hamas)? Dia menambahkan, Saudi dan Emirat akan menggelontorkan dana, dan membangun kembali Gaza setelah Hamas hancur. Ini persis seperti skenario yang berlangsung di Mesir terhadap Ikhwan. Al-Sisi membantai ribuan Ikhwan dan menghancurkan Jamaah Ikhwan, kemudian Saudi dan Emirat menggelontorkan miliar dollar kepada Mesir.
Amos Gilad, yang menjadi penentu pembentukan kebijakan pertahanan Israel, dan menjalin kerjasama sejak Presiden Mesir Mubarak, dan sekarang dia menjadi direktur kebijakan kementerian pertahanan Israel, dan dapertemen hubungan politik-militer.
Amos Gilad mengatakan, di Akademik James Dorsey, "Semuanya bersifat rahasia dan tertutup, tidak ada yang nampak di depan publik. Tapi kerjasama keamanan kami dengan Mesir dan negara-negara Teluk sangat unik. Ini adalah periode terbaik dari kerjasama keamanan dan hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab", tutur Amos Gilad.
Pernyataan Raja Abdullah, mengatakan biarkan orang tahu, bahwa dia menelepon Presiden Abdel Fattah al-Sisi, dan menyetujui inisiatif gencatan senjata Mesir, yang jelas-jelas proposalnya belum diberikan kepada Hamas, dan menurut koran Jerusalem Post, yang mengutip seorang analis tentang apakah gencatan senjata itu pernah dimaksudkan serius?
Mossad dan pejabat intelijen Saudi bertemu secara teratur. Kedua belah pihak memberikan informasi, ketika mantan presiden Mesir Mohammad Mursi akan segera dilengserkan. Arab Saudi dan Zionis-Israel memiliki hubungan yang erat, khususnya dalam menghadapi terhadap Iran.
Termasuk dalam mempersiapkan serangan Zionis-Israel terhadap Iran yang menggunakan wilayah udara Saudi, dan bertujuan menghancurkan program nuklir negara Syi'ah itu. Bahkan, ada klaim bahwa Saudi membiayai Israel dalam jumlah besar terhadap Iran.
Mengapa Arab Saudi dan Israel membuat hubungan dekat seperti itu? Selama beberapa dekade masing-masing negara telah memiliki perasaan yang sama dalam diri mereka, ketika mereka melihat di sekitar mereka, ada ancaman, dan menimbulkan rasa takut. Reaksi mereka sama.
Mereka masing-masing hanya bisa menjamin diri mereka terhadap ancaman dari tetangga dengan cara menyerang yang dianggap sebagai ancaman, seperti Lebanon dan Yaman, atau dengan perang proxy (menggunakan tangan lain), atau kudeta, seperti Syria, Mesir, dan Libya.
Mereka memiliki musuh atau saingan yang sama seperti Iran, Turki, Qatar, Hamas di Gaza, dan Jamaah Ikhwanul Muslimin. Secara umum mereka memiliki sekutu yang sama, seperti AS, perusahaan industri militer Inggris, atau mantan kepala intelijen PLO-Fatah, Fatah Mohammad Dahlan yang mencoba mengambil alih Gaza, dan kemungkinan Dahlan dan Mahmud Abbas bisa kembali ke Gaza. Usai invasi militer Zionis-Israel.
Perbedaan hari ini adalah pertama kalinya dalam sejarah kedua negara, membuka koordinasi antara dua tokoh militer, yaitu Arab Saudi dan Zionis-Israel saling membahu dalam bidang keamanan dan intelijen. Keponakan Raja Abdulah, yaitu Pangeran Turki al-Faisal yang menjadi Kepala intelijen Saudi, sekarang menjadi wajah Arab Saudi di mata publik, dia terbang ke Brussels, bulan Mei, bertemu dengan Jenderal Amos Yadlin, mantan kepala intelijen yang didakwa oleh pengadilan di Turki atas perannya dalam penyerbuan Mavi Marmara.
Perdamaian memang diinginkan oleh semua orang, tidak sedikit rakyat Gaza yang menginginkan perdamaian. Tetapi, menciptakan perdamaian dengan menggusur dan menghancurkan Hamas, yang menjadi tonggak perjuangan membebaskan tanah Palestina dari penjajah Zionis, sebuah kejahatan.
Sekutu Israel yaitu Arab Saudi dan Mesir berusaha mencapai tujuannya, dan mendorong Zionis-Israel menghancurkan Hamas dengan menggunakan semua kekuatan militernya, dan ini pasti akan sia-sia. Karena, Hamas mendapatkan dukungan rakyat Palestina. Raja Faisal yang sangat membela Palestina, yang menjadi ayah Pangeran Turki akan sangat menderita di alam kubur, ketika tahu anaknya berkomplot dengan Zionis-Israel, dan menghancurkan pejuang Hamas.
Aliansi Zionis-Israel, Saudi, dan Mesir telah menumpahkan darah-darah Muslim Palestina, dan akan terus ditumpahkan oleh Zionis-Israel yang melaksananakan misi dari Arab Saudi dan Mesir. Darah Muslim Palestina tumpah di tanah di jalan-jalan Gaza, akibat kejahatan penguasa Arab, yang menggunakan tangan-tangan Zionis ingin menghancurkan Hamas.
Sekarang, akibat invasi militer ke Gaza sudah hampir 500 penduduk sipil tewas. Sementara itu, darah menggenang di Sheijaiiya, hanya dalam satu malam 100 penduduk sipil di kota itu tewas oleh Zionis. Betapa sedih dan menyayat hati. Begitu sangat teganya para penguasa Arab terhadap Muslim Palesstina. Wallahu'alam.*voa-i
Posting Komentar
Blogger Facebook Disqus